Sebuah kesedihan menghampiri di
kala orang-orang sibuk berperang, sibuk dengan urusan pribadinya sehingga tak
ada sedikitpun rasa peduli terhadap orang lain. Dimana perang, pertengkaran,
dan kesalahpahaman telah menghancurkan sisi terbaik hati kita. Dimana letak
keimanan kita saat itu? Lupakah kita pada Allah yang selalu menganjurkan kita
untuk selalu menjaga hubungan ukhuwah? Lupakah kita bahwa ukhuwah adalah
termasuk salah satu bagian penting dari iman kita? Semakin tinggi iman (faith)
kita semakin baik juga ukhuwah (brotherhood) yang terjalin.
Betapa nikmatnya hidup
bernafaskan iman kepada-Nya, betapa indahnya beratapkan Islam. Kedamaian dan
ketenangan akan selalu mewarnai hari-hari kita, apalagi jika kita mampu
menerapkan riwayat Rasulullah ini, “Tidak beriman seseorang dari kalian hingga
dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya.” Dengan begitu, hidup
kita akan lebih ramai karena hidup dengan banyak cinta untuk saudara dan dari
saudara yang mencintai kita.
Dan ingatlah bahwa “Orang
mukmin itu ibarat satu tubuh, apabila ada anggota tubuhnya sakit maka seluruh
tubuh akan merasakan sakitnya.”Dalam hadist tersebut dijelaskan bahwa orang
mukmim ibarat satu tubuh, satu sakit yang lain juga merasakan sakit. Kaki yang
terantuk duri, maka mulut otomatis mengaduh dan tangan otomatis mengusap2 ke
yang sakit, tanpa diperintahpun otak akan berpikir bagaimana supaya kaki kita
yang kena duri tidak sakit lagi dan bisa sembuh. Oleh karena itu, dalam
kehidupan seorang mukmin tak akan pernah lepas dari ukhuwah. Rasulullah pun
selalu menganjurkan kita untuk senantiasa menjaga ukhuwah.
Ukhuwah (ukhuwwah) yang biasa
diartikan sebagai “persaudaraan”, terambil dari akar kata yang pada mulanya
berarti “memperhatikan”. Makna asal ini memberi kesan bahwa persaudaraan
mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang merasa bersaudara. Ukhuwah itu
adalah sebuah ikatan antar umat muslim, dimana ikatan itu diikatkan oleh Allah.
Ikatan itu adalah sebuah benang yang secara otomatis melingkar dan merangkai
seluruh umat muslim menjadi kesatuan utuh. Tak akan ada kata segan untuk saling
membantu, saling menghargai relativitas masing – masing sebagai sifat
dasar kemanusiaan, sehingga tidak ada tembok yang menjadi penghalang untuk
saling membantu atau menolong karena diantara mereka terikat oleh suatu
keyakinan dan jalan hidup yaitu Islam.
Di dalam Al Qur’anul Karimpun,
Allah Azza wa Jalla berfirman, “Sesungguhnya orang-orang beriman itu
bersaudara.” Maka sudah sepantasnya, kita meletakkan persaudaraan diatas yang
lainnya, mengutamakan ukhuwah diatas kepentingan pribadi. Bahkan saat kita
melihat sejarah para sahabat pun, banyak yang memberikan teladan akan indahnya
ukhuwah yang mereka jalani. Ingatkah kalian kisah Abdurrahman bin Auf ketika
hijrah ke Yatsrib tanpa membawa sepeserpun kekayaannya dari Makkah, oleh
seorang sahabat Anshar beliau ditawari untuk mengambil sebagian hartanya,
bahkan isterinya sekalipun akan diceraikannya dan akan dinikahkan dengan
beliau. Juga kisah tiga orang sahabat pada perang Uhud, mereka lebih
mengutamakan yang lainnya daripada dirinya sendiri yang sangat membutuhkan
seteguk air dan akhirnya mereka semuanya syahid tanpa meminum air setetespun.
Dan masih banyak lagi kisah indahnya ukhuwah diantara para sahabat yang
kesemuanya mengajarkan pada kita betapa pentingnya nilai dari persaudaraan ini.
Para Nabi dan shiddiqin,
orang-orang terdahulu dari umat ini, telah meninggalkan jejak pengorbanan yang
luar biasa bagi kita. Namun dibalik kekuatan mereka dalam menghadapi segala
tantangan terselip ukhuwah dan persaudaraan yang begitu erat diantara mereka.
Ukhuwah yang akan membuat mereka kuat dan istiqomah di jalan Allah. Mereka
tetap berada dalam naungan nikmat iman dan nikmat Islam dari Allah. Dalam Al
Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
“Berpegangteguhlah kamu pada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai…”
Betapa indahnya saat kita menjaga
ukhuwah karena Allah telah menyediakan tempat untuk kita bernaung di saat tak
ada tempat bernaung selain naungan-Nya. Telah disediakan mimbar-mimbar dari
cahaya untuk tempat orang-orang yang bersaudara karena Allah.
Tak ada gading yang tak retak,
tak ada manusia yang sempurna. Semuanya tak luput dari salah. Apa yang terjadi
adalah sunatullah. Itu diciptakan untuk menguji iman dan kesabaran kita. Ketika
ada masalah baiknya diselesaikan secara musyawarah, tak ada gunanya bertengkar
terus. Jangan jadikah kita sebagai budak hawa nafsu tapi kitalah yang harus
mampu mengendalikan hawa nafsu itu. Perdamaian itu akan indah tanpa adanya
pertengkaran, permusuhan, dan perselisihan. Tak ada salahnya sebagai saudara
saling mengingatkan karena itu adalah tugas kita sebagai sesama muslim. Dengan
menjaga ukhuwah, bukankah kita juga menjaga iman kita? Dalam hidup kita tak
sendiri karena ada saudara-saudara kita, yang akan selalu mengingatkan kita
jika kita salah, selalu menguatkan disaat kita lemah, selalu mendorong dari
belakang jika kita mundur.
Bergandeng tangan, saling
berpelukan merekatkan ukhuwah, ajak saudaramu untuk membangun kembali ukhuwah
yang mungkin hampir retak. Tak ada lagi amarah di hati yang menjadikan
ukhuwahmu retak. Jagalah iman kita dari segala hal yang mampu membuatnya goyah.
Bukankah dengan kita menjaga ukhuwah kita sekaligus menjaga iman kita? Dan
bukankah ukhuwah itu indah?