Pemakaian angka Sanskerta ini masih dapat dijumpai dalam bentuk Candrasengkala di beberapa tempat seperti pintu masuk Keraton Yogyakarta dalam bentuk lambang ular yang menandakan tahun dibangunnya keraton tersebut.
Gambar Pintu Masuk Kraton Yogyakarta
|
Sengkalan adalah angka tahun yang dilambangkan dengan kata-kata atau gambar yang mempunyai makna.
Sengkalan ada dua macam:
- Surya sengkala (Kalender Masehi)
- Candra sengkala (Kalender Hijriyah / Jawa)
Untuk membuat sengkalan, kalimat harus punya makna yang utuh, puitis, dan indah.
Penyebutan Angka Sengkalan
1 (satu)
- Jumlahnya satu, seperti : negara, raja, ratu, bangsa, dewa, gusti, tuhan, dll.
- Bentuknya bulat, seperti : bumi, bulan, matahari
- Memiliki arti satu, seperti : eka, tunggal, siji, dll.
- Menyatakan orang, seperti : manungsa, wong, janma, dll
2 (dua)
- Jumlahnya dua dan fungsinya, seperti : mata, kuping, swiwi, ndeleng, mabur, dll
- Memiliki arti dua, seperti : kembar, penganten, dwi, dll
3 (Tiga)
- Api dan Sifatnya, seperti : agni, geni, dahana, panas, murup, dll
- Menyatakan tiga, seperti : tri, tiga, telu, dll
4 (Empat)
- Air, seperti : toya, samodra, laut, tirta, sendang, wedang, dll
- Memiliki arti empat, seperti : papat, catur, sekawan, dll
5 (Lima)
- Jumlahnya lima, : cakra,pandawa, panca, gangsal, pusaka, dll
- Raksasa : buta, raseksa, raseksi, dll
- Angin : bayu, samirana, dll
6 (Enam)
- Rasa dan asalnya : asin, manis, gurih, pedes, kecut, uyah, gendis,
- Jumlah enam : nem, sad, hangga-hangga, dll
7(Tujuh)
- Berkaitan dengan petapa : biksu, resi, dll
- Kuda : jaran, aswa, dll
- Gunung : giri, ardi, arga
- Tujuh : pitu, sapta
8(Delapan)
- Hewan Melata : baya, cicak, ula, naga, dll
- Gajah : diraga, dwipangga, liman, dll
- Delapan : wolu, asta
9 (Sembilan)
- Benda berlubang : dwara, gapura, lawang, gatra, rong, dll
- Sembilan : nawa, sanga, raga, rumaga
0(nol)
- Tidak ada atau hilang : suwung, asat, ilang, nir, sirna, dll
- Langit dan sifatnya : akasa, gegana, dirgantara, duwur, inggil, dll
Ukiran patung dua ular naga yang saling melilit ekornya di depan pintu gerbang keraton Yogyakarta mewakili kata-kata: Dwi Naga Rasa Tunggal.
Secara angka, tahun dwi naga rasa tunggal ini dapat diartikan: dwi= 2, naga= 8, rasa= 6, dan tunggal= 1, atau tahun 1682 Jawa (1756 M), yaitu tahun pada saat keraton ini dibangun.
Contoh:
"Naga Salira Ambuka Bumi ".
Naga = 8
Salira = 8
ambuka = 9
bumi = 1.
Jadi tersusun 8891. Susunan angka ini harus dibalik, sehingga menjadi tahun 1988.
"Sirna Ilang Kretaning Bumi"
Sirna = 0
ilang = 0
kretaning = 4
bumi = 1
Tersusun 0041, lalu dibalik menjadi 1400.
"Sabda Pandhawa Raga Nyawiji"
Berarti 7591, kemudian dibalik menjadi tahun 1957
"Aji Budaya Muluk Samya"
Berarti 1102, kemudian dibalik menjadi tahun 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar